Rabu, 28 November 2012

The Agent of Change

Tags


Ini adalah karya saya saat diminta mengisi buletin Misi Izzati, kurang lebih 2 tahun yang lalu...  :D



THE AGENT OF CHANGE

Oleh: Dahlia Kemalasari *

“Siapa diantara anak-anak Ibu yang bercita-cita menjadi guru?”
Suatu siang, saat  mengajar,  saya lontarkan pertanyaan itu kepada murid-murid.  Alhamdulillah  2 orang yang tunjuk tangan.  Tentunya masih kalah banyak dengan yang bercita-cita menjadi dokter atau insinyur. Tapi itu membuat saya lega. Dua dari tiga puluh lima murid di kelas ini akan menjadi agen perubahan di eranya nanti.  The agent of change?  Saya mengambil istilah dari Satria Hadi Lubis  dalam bukunya Burn Your Self, untuk seseorang yang dengan penuh kesadaran siap menempuh segala terjalnya perjalanan dalam cita-citanya merubah dunia menjadi lebih baik.
Mungkin ini terlalu berlebihan, karena siapapun bisa menjadi agen perubahan di masa datang, apapun profesinya, jika ia bersungguh-sungguh. Tidak harus menjadi guru kan? Dan mungkin penulis mengatakan seperti itu, karena memang profesinya seorang guru? Itu memang benar, dan dari pengalaman inilah yang membuat saya menyimpulkan bahwa  menjadi guru, mendidik dan mengajar murid-murid  adalah proses yang menakjubkan dan sangat menyenangkan dari mulai awal sampai akhir. Namun  perlu juga  dipahami, guru memiliki peran strategis yang dapat dijadikan contoh teladan  bagi muridnya. Apa yang ditanamkan oleh guru hari ini, baik ataupun buruk, akan berbuah dikemudian hari. Sehingga seseorang bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari apa yang diberikan oleh gurunya di masa lalu. Karena demikian strategisnya, maka profesi ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Tentunya menjadi agen perubahan  memiliki jalan yang panjang. Seperti apa perjalanan panjang seorang guru untuk meraih cita-cita merubah dunia menjadi lebih baik?
Starting from the heart
Ini  adalah modal utama seorang agen perubahan. Meluruskan niat adalah pembaharuan akad kepada Allah yang harus selalu dilakukan guru. Bahwa mengajar bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan, mengejar penghasilan atau meraih kehormatan. Mengajar adalah panggilan jiwa yang berniat tulus karena Allah untuk merubah seorang anak didik dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga adanya tambahan pengetahuan dan wawasan serta bertambah bijaknya anak didik dalam bertingkah laku. Tidak mudah melakukan itu, jika hati tidak ikhlas dan lembut. Menghadapi tiga puluh lima siswa di dalam kelas di SDIT Al Izzah , dengan berbagai latar belakang keluarga dan  pola asuh yang telah mewarnai pribadi siswa tentu memerlukan kesabaran dalam proses pendidikan itu, apalagi untuk mencapai satu tujuan yang sama. Hanya Allah yang menilai  dan memberikan balasannya.
Fill us with knowledge and ruhiah
Satu titik yang guru berikan kepada siswa, akan terus membekas hingga ia dewasa. Sebuah bahaya besar bagi kita, seorang guru, jika memberikan konsep yang salah kepada siswa. Namun sebaliknya, jika guru memberikan pemahaman yang tepat dan menjadi inspirasi bagi siswanya, maka tentu itu akan menjadi energy besar bagi sang siswa merubah dunia saat ia dewasa. Karena itu, penuhilah diri kita dengan pengetahuan yang banyak, wawasan yang luas, dan berusaha ahli di bidang yang kita ajarkan. Tiada hari tanpa belajar, mungkin itu semboyan yang harus guru lakukan. Menambah ilmu apa saja dan dari mana saja. Apakah itu harus dilakukan di bangku kuliah S2 (hmm, kapan ya saya kuliah S2?...) ataukah hanya sekedar sharing bersama teman-teman guru di rapat KKG. Semua tentunya dalam rangka menambah kapasitas ilmu kita.
Selain pengetahuan, penuhilah jiwa-jiwa kita dengan persiapan ruhiah yang tinggi. Qiyamul Lail, Shaum Senin Kamis, Tilawah Al Quran adalah salah satu tips beberapa guru SDIT Al Izzah untuk memperkuat ruhiah dan meminta tolong kepada Yang Maha Kuasa. Ini sangat penting agar Allah memberi  keberkahan dalam setiap langkah kita, sehingga Allah melembutkan hati kita dan murid-murid kita, mempermudah pemahaman  dan menjadi inspirasi murid-murid kita dari lisan-lisan kita dan menjauhkan dari kesalahan-kesalahan dalam bertindak.

Maximum preparation
Saat seorang guru berdiri di depan kelas, ia harus sudah siap dengan apapun yang akan terjadi. Dan itu perlu persiapan yang tidak sebentar. Dari mulai raker sekolah di awal tahun ajaran baru, merancang pembelajaran selama satu tahun kedepan, kemudian dituangkan dalam perencanaan bulanan, mingguan sampai tiap hari guru juga harus membuat perencanaan. Apa yang harus guru ajarkan, bagaimana metodenya, media apa yang harus dipersiapkan, bagaimana evaluasinya?... Subhanallah… skenario yang panjang untuk membuat guru bisa berperan dengan baik di panggung pengajarannya.
Saya yakin,  guru itu akan terus membayangkan raut muka muridnya pada saat ia membuat perencanaan, supaya metode yang akan diberikannya dapat diterima oleh Aisyah, Nindy, Teguh, Ali dan tiga puluh satu murid lainnya.

Learning from experiences
Experience is the best teacher, kata-kata itu terus terngiang di telinga saya. Dan dari guru terbaik itu, seorang guru harus mau belajar. Ketika guru telah menutup pembelajarannya hari itu, ternyata prosesnya belum selesai. Guru harus mengevaluasi, memuhasabah diri dengan apa yang telah dilakukannya tadi. Apakah seluruh siswa faham dengan materi yang disampaikan, atau masih banyak yang bingung. Dan belajar dari pengalaman, baik itu pengalaman sendiri ataupun orang lain, baik the best or the worst experience adalah referensi tepat untuk membuat perbaikan dalam mengajar.
Do not ever get bored doing the innovations
Guru harus kreatif, jika tidak…. ke laut aja :D
 Maksudnya, kreativitas bagi seorang guru adalah sesuatu yang harus dimiliki, terutama jika ingin menjadi agen perubahan bagi murid-murid di kelasnya yang beragam karakter itu. Metode ini cocok buat Rian yang kalem, tapi belum tentu cocok untuk Ardy yang sangat aktif. Materi ini bisa menggunakan media gambar, tapi untuk yang lain harus membuat kartu huruf. Buku paket dari penerbit ini memang bisa digunakan pada pelajaran Matematika, tapi ternyata ketika memakai modul** buatan guru SDIT Al Izzah, pembelajaran lebih bermakna karena disesuaikan dengan karakter siswa dan kondisi sekolah. Dan lain sebagainya.
Inovasi dalam pembelajaran adalah suatu keniscayaan bagi seorang guru. Maka jangan matikan percikan-percikan kreativitas yang kita miliki.  Nyalakan segera sehingga menjadi masterpiece kita dalam pembelajaran.

Mari Menjadi Agen Perubahan
Ketika tujuan kita adalah menjadi agen perubahan,  maka laluilah jalan panjang nan terjal seperti di atas dengan rasa cinta. Ketika melihat perubahan dalam diri siswa menjadi lebih baik, tentu sepanjang dan seterjal apapun jalan itu, sudah tak terasa lagi, karena kebahagiaan  membuncah yang menggantikannya. Apalagi jika siswa tersebut juga menjadi agen perubahan dan pelopor kebaikan bagi dunianya. Dari seorang guru yang menjadi agen perubahan, akan lahir murid-murid yang juga menjadi agen-agen perubahan dan setelah itu, mudah bagi kita merubah dunia menjadi lebih baik.
Saya teringat hadits Rasulullah SAW:
Jika kita mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dan orang lain itu melakukan kebaikan seperti yang kita ajarkan, maka pahalanya akan mengalir kepada kita tanpa mengurangi pahala orang lain itu.
Subhanallah… Sudahkah murid kita yang berubah dari nasihat-nasihat yang kita ucapkan? Atau sudah berapa  murid kita yang berubah karena contoh-contoh yang kita berikan?
Untuk teman-teman guru dan untuk murid-murid saya, calon guru, ayo kita siapkan diri kita menjadi agen perubahan itu.


*) Penulis adalah Guru SDIT Al Izzah, 
**)  Terima kasih dan Sukses kepada Bp Deddy Sanjaya, Ibu Asmah, Bp Yazid Muhni, Bu Nani Chaerani,  Bp Endang Surnani, Bp Engkos Ahmad Kosim, Ibu Nisa Uswatunnisa, Ibu Isna Ariadilla, Bu Laila Uswatunnisa, Bu Syofie Sri Ermawati, Bu Maslihah Zahroh, Ust Zulkifli, Ust Junaidi (Guru-guru SDIT Al Izzah) yang telah berkarya menerbitkan modul Bahasa Arab, Komputer, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, BTQ Izzati dan CD Tahfidz juz 29,30.
Terus berkarya dan berinovasi!


EmoticonEmoticon