Ini adalah karya saya saat diminta mengisi buletin Misi Izzati, kurang lebih 2 tahun yang lalu... :D
THE AGENT OF CHANGE
Oleh: Dahlia Kemalasari *
“Siapa
diantara anak-anak Ibu yang bercita-cita menjadi guru?”
Suatu
siang, saat mengajar, saya lontarkan pertanyaan itu kepada murid-murid. Alhamdulillah 2 orang yang tunjuk tangan. Tentunya masih kalah banyak dengan yang
bercita-cita menjadi dokter atau insinyur. Tapi itu membuat saya lega. Dua dari
tiga puluh lima murid di kelas ini akan menjadi agen perubahan di eranya
nanti. The agent of change? Saya mengambil istilah dari Satria Hadi
Lubis dalam bukunya Burn Your Self,
untuk seseorang yang dengan penuh kesadaran siap menempuh segala terjalnya
perjalanan dalam cita-citanya merubah dunia menjadi lebih baik.
Mungkin
ini terlalu berlebihan, karena siapapun bisa menjadi agen perubahan di masa datang,
apapun profesinya, jika ia bersungguh-sungguh. Tidak harus menjadi guru kan? Dan
mungkin penulis mengatakan seperti itu, karena memang profesinya seorang guru? Itu
memang benar, dan dari pengalaman inilah yang membuat saya menyimpulkan
bahwa menjadi guru, mendidik dan
mengajar murid-murid adalah proses yang
menakjubkan dan sangat menyenangkan dari mulai awal sampai akhir. Namun perlu juga
dipahami, guru memiliki peran strategis yang dapat dijadikan contoh
teladan bagi muridnya. Apa yang
ditanamkan oleh guru hari ini, baik ataupun buruk, akan berbuah dikemudian
hari. Sehingga seseorang bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari apa
yang diberikan oleh gurunya di masa lalu. Karena demikian strategisnya, maka profesi
ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Tentunya
menjadi agen perubahan memiliki jalan
yang panjang. Seperti apa perjalanan panjang seorang guru untuk meraih
cita-cita merubah dunia menjadi lebih baik?
Starting
from the heart
Ini adalah modal utama seorang agen perubahan.
Meluruskan niat adalah pembaharuan akad kepada Allah yang harus selalu
dilakukan guru. Bahwa mengajar bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan,
mengejar penghasilan atau meraih kehormatan. Mengajar adalah panggilan jiwa
yang berniat tulus karena Allah untuk merubah seorang anak didik dari yang
tidak tahu menjadi tahu sehingga adanya tambahan pengetahuan dan wawasan serta
bertambah bijaknya anak didik dalam bertingkah laku. Tidak mudah melakukan itu,
jika hati tidak ikhlas dan lembut. Menghadapi tiga puluh lima siswa di dalam
kelas di SDIT Al Izzah , dengan berbagai latar belakang keluarga dan pola asuh yang telah mewarnai pribadi siswa
tentu memerlukan kesabaran dalam proses pendidikan itu, apalagi untuk mencapai
satu tujuan yang sama. Hanya Allah yang menilai
dan memberikan balasannya.
Fill
us with knowledge and ruhiah
Satu
titik yang guru berikan kepada siswa, akan terus membekas hingga ia dewasa. Sebuah
bahaya besar bagi kita, seorang guru, jika memberikan konsep yang salah kepada
siswa. Namun sebaliknya, jika guru memberikan pemahaman yang tepat dan menjadi
inspirasi bagi siswanya, maka tentu itu akan menjadi energy besar bagi sang
siswa merubah dunia saat ia dewasa. Karena itu, penuhilah diri kita dengan
pengetahuan yang banyak, wawasan yang luas, dan berusaha ahli di bidang yang
kita ajarkan. Tiada hari tanpa belajar, mungkin itu semboyan yang harus guru
lakukan. Menambah ilmu apa saja dan dari mana saja. Apakah itu harus dilakukan
di bangku kuliah S2 (hmm, kapan ya saya kuliah S2?...) ataukah hanya sekedar
sharing bersama teman-teman guru di rapat KKG. Semua tentunya dalam rangka
menambah kapasitas ilmu kita.
Selain
pengetahuan, penuhilah jiwa-jiwa kita dengan persiapan ruhiah yang tinggi.
Qiyamul Lail, Shaum Senin Kamis, Tilawah Al Quran adalah salah satu tips
beberapa guru SDIT Al Izzah untuk memperkuat ruhiah dan meminta tolong kepada
Yang Maha Kuasa. Ini sangat penting agar Allah memberi keberkahan dalam setiap langkah kita, sehingga
Allah melembutkan hati kita dan murid-murid kita, mempermudah pemahaman dan menjadi inspirasi murid-murid kita dari
lisan-lisan kita dan menjauhkan dari kesalahan-kesalahan dalam bertindak.
Maximum
preparation
Saat
seorang guru berdiri di depan kelas, ia harus sudah siap dengan apapun yang
akan terjadi. Dan itu perlu persiapan yang tidak sebentar. Dari mulai raker sekolah
di awal tahun ajaran baru, merancang pembelajaran selama satu tahun kedepan,
kemudian dituangkan dalam perencanaan bulanan, mingguan sampai tiap hari guru
juga harus membuat perencanaan. Apa yang harus guru ajarkan, bagaimana
metodenya, media apa yang harus dipersiapkan, bagaimana evaluasinya?...
Subhanallah… skenario yang panjang untuk membuat guru bisa berperan dengan baik
di panggung pengajarannya.
Saya
yakin, guru itu akan terus membayangkan
raut muka muridnya pada saat ia membuat perencanaan, supaya metode yang akan
diberikannya dapat diterima oleh Aisyah, Nindy, Teguh, Ali dan tiga puluh satu
murid lainnya.
Learning
from experiences
Experience
is the best teacher, kata-kata itu
terus terngiang di telinga saya. Dan dari guru terbaik itu, seorang guru harus
mau belajar. Ketika guru telah menutup pembelajarannya hari itu, ternyata
prosesnya belum selesai. Guru harus mengevaluasi, memuhasabah diri dengan apa
yang telah dilakukannya tadi. Apakah seluruh siswa faham dengan materi yang
disampaikan, atau masih banyak yang bingung. Dan belajar dari pengalaman, baik
itu pengalaman sendiri ataupun orang lain, baik the best or the worst
experience adalah referensi tepat untuk membuat perbaikan dalam mengajar.
Do
not ever get bored doing the innovations
Guru
harus kreatif, jika tidak…. ke laut aja :D
Maksudnya, kreativitas bagi seorang guru
adalah sesuatu yang harus dimiliki, terutama jika ingin menjadi agen perubahan
bagi murid-murid di kelasnya yang beragam karakter itu. Metode ini cocok buat
Rian yang kalem, tapi belum tentu cocok untuk Ardy yang sangat aktif. Materi
ini bisa menggunakan media gambar, tapi untuk yang lain harus membuat kartu
huruf. Buku paket dari penerbit ini memang bisa digunakan pada pelajaran
Matematika, tapi ternyata ketika memakai modul** buatan guru SDIT Al Izzah,
pembelajaran lebih bermakna karena disesuaikan dengan karakter siswa dan
kondisi sekolah. Dan lain sebagainya.
Inovasi
dalam pembelajaran adalah suatu keniscayaan bagi seorang guru. Maka jangan
matikan percikan-percikan kreativitas yang kita miliki. Nyalakan segera sehingga menjadi masterpiece
kita dalam pembelajaran.
Mari
Menjadi Agen Perubahan
Ketika
tujuan kita adalah menjadi agen perubahan,
maka laluilah jalan panjang nan terjal seperti di atas dengan rasa
cinta. Ketika melihat perubahan dalam diri siswa menjadi lebih baik, tentu
sepanjang dan seterjal apapun jalan itu, sudah tak terasa lagi, karena
kebahagiaan membuncah yang
menggantikannya. Apalagi jika siswa tersebut juga menjadi agen perubahan dan
pelopor kebaikan bagi dunianya. Dari seorang guru yang menjadi agen perubahan,
akan lahir murid-murid yang juga menjadi agen-agen perubahan dan setelah itu,
mudah bagi kita merubah dunia menjadi lebih baik.
Saya
teringat hadits Rasulullah SAW:
Jika
kita mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dan orang lain itu melakukan
kebaikan seperti yang kita ajarkan, maka pahalanya akan mengalir kepada kita
tanpa mengurangi pahala orang lain itu.
Subhanallah…
Sudahkah murid kita yang berubah dari nasihat-nasihat yang kita ucapkan? Atau
sudah berapa murid kita yang berubah
karena contoh-contoh yang kita berikan?
Untuk
teman-teman guru dan untuk murid-murid saya, calon guru, ayo kita siapkan diri
kita menjadi agen perubahan itu.
*)
Penulis adalah Guru SDIT Al Izzah,
**) Terima kasih dan Sukses kepada Bp Deddy
Sanjaya, Ibu Asmah, Bp Yazid Muhni, Bu Nani Chaerani, Bp Endang Surnani, Bp Engkos Ahmad Kosim, Ibu
Nisa Uswatunnisa, Ibu Isna Ariadilla, Bu Laila Uswatunnisa, Bu Syofie Sri
Ermawati, Bu Maslihah Zahroh, Ust Zulkifli, Ust Junaidi (Guru-guru SDIT Al
Izzah) yang telah berkarya menerbitkan modul Bahasa Arab, Komputer, Bahasa
Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, BTQ Izzati dan CD Tahfidz juz 29,30.
Terus
berkarya dan berinovasi!
EmoticonEmoticon